Welcome!!!
Hopefully Visitors can Add Insight

Kamis, 22 November 2012

Infak



Infak
Infak merupakan suatu penghasilan atau harta yang dikeluarkan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Menurut syara’, infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk kemaslahatan umum, lembaga atau orang yang membutuhkan, baik mengenai urusan duniawi maupun mengenai keakhiratan.
Pada lembaga Badan Zakat Nasional, infak merupakan merupakan sumber penerimaan terbesar kedua setelah zakat. Dimana pada tahun 2010 ke 2011 lalu penerimaan dari infak di Baznas berhasil mengalami peningkatan yang awal nya adalah Rp. 3.483.270.163,- menjadi Rp. 7.417.031.449,-. Artinya Baznas telah berhasil memperbesar pendapatan dari sektor infaknya sebesar 53,03%. (laporan Keuangan Baznas, 2011)
Di sisi lain selain pendapatan yang semakin bertambah di setiap tahunnya, badan pengelola zakat, infak, dan shadaqah tersebut pun mengalami kerugian. Artinya adalah total penerimaan dana masyarakat yang mereka himpun lebih kecil dari pada total dana yang telah dialokasikan kepada para mustahiq.
Hal tersebut merupakan suatu problema yang harus di selesaikan, apakah penyebab dari hal tersebut? Apakah karena manajemen Baznas yang kurang profesional atau masih sedikitnya umat Islam yang memberikan sebagian harta.
Dari sisi manajemen pengoptimalan dana zakat, infaq, dan shodaqoh sejalan dengan konsepsi kesejahteraan sosial dimana kesejahteraan sosial meruakan suatu sistem yang terorganisasi dari pada usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial lain yang erfungsi untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan.
Akan tetapi pada umumnya, lembaga-lembaga pengelola dana zakat,infak, dan shadaqah pada saat ini hanya mampu mengelola dana zakat, infaq dan shodaqohnya yang bersifat konsumtif dengan kata lain masih belum bisa mengoptimalkan dana zakat, infaq dan shodaqoh secara produktif atau memfungsikan diri sebagai Lembaga Keuangan Syariah. Terbukti dengan banyaknya dana yang disalurkan hanya berkutat pada dakwah, perbaikan masjid, dan pelatihan sehingga pendayagunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh untuk produktivitas asnaf tidak berjalan sesuai dengan hakikat zakat itu sendiri.
Hal tersebut merupakan suatu alasan faktual yang memang selalu terjadi pada sebagian besar lembaga pengelola dana zakat, infak,  dan shadaqah. Dengan hanya pendistribusian dana ZIS ke masyarakat pada hal-hal yang bersifat konsumtif maka tentu tidak akan membuat sebuah perubahan kepada masyarakat dari sisi pendapatan terlebih untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Berbeda jika para lembaga pengelola dana ZIS mengelola dana yang didistribusikannya kepada pengelolaan yang bersifat produktif. Karena dengan pendistribusian kepada pengelolaan dana yang bersifat produktif maka dampak yang sifatnya jangka panjang akan dapat dirasakan baik dari sisi masyarakat maupun lembaga ZIS tersebut. Dari sisi masyarakat, mereka akan merasakan kemandirian karena tidak lagi bergantung dengan bantuan orang-orang sekelilingnya, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan. Dari hal-hal yang diterima oleh masyarakat tersebut, maka dampak lebih lanjut akan dirasakan pula bagi lembaga pegelola ZIS yang memberikannya dana.
Dari sisi lainnya, niat masyarakat pun berperan dalam mendukung lembaga ZIS. Pada dasarnya umat Muslim di Indonesia memiliki jumlah yang cukup banyak bahkan di dunia sekali pun. Akan tetapi, masih minimnya penerimaan dana infak di Indonesia ini merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab dan dicari solusinya agar ke depannya. Apakah karena kurangnya minat dari masyarakat untuk memberikan sebagian hartanya kepada lembaga ZIS untuk dikelola atau tidak.
Untuk itu beberapa solusi yang perlu diterakan agar hal tersebut tidak terjadi lagi adalah:
1.      Diperlukannya peran pemerintah
Pemerintah merupakan lembaga yang sangat diperlukan dalam hl ini. Negara memiliki peran dan harus hadir memberikan pelayanan, perlindungan, dan jaminan kepada seluruh fakir miskin yang menjadi mustahik utamanya zakat, infak, dan shadaqah. Kebijakan – kebijakan yang dimiliki dapat menjadi faktor pendorong dalam hal peningkatan penerimaan di sektor infak pada Baznas. Melalui penetapan regulasi – regulasi yang tersebut di harapkan penerimaan zakat, infak, shadaqah di Indonesia mejadi lebih besar.
2.      Mengadakan pendekatan – pendekatan yang persuasif
Pendekatan – pendekatan persuasif kepada para masyarakat merupakan langkah yang diperlukan dalam upaya meningkatkan penerimaan infak. Dengan adanya pendekatan yang demikian tersebut diharapkan masyarakat bisa menjadikan zakat, infak, shadaqah sebagai budaya. Karena melalui infak ini kita dapat membangun perekonomian umat yang lebih baik dan mengatasi kemiskinan.
3.      Memberikan pemahaman kepada masyarakat
Memberi pemahaman kepada masyarakat merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar dapat masyarakat berniat untuk menyalurkan sebagian penghasilan atau hartanya melalui badan resmi pengelola zakat, infak, shadaqah milik pemerintah maupun swasta. Serta pembinaan, pengembangan dan penyadaran akan penting dan manfaat – manfaat dari berinfak pun diperlukan.
4.      Program-program pendistribusian difokuskan kepada yang bersifat produktif

Minggu, 17 Juli 2011

Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah memohon pertolongan serta ampun Nya, kita berlindung kepadanya dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Saya sangat bersyukur atas kehadirat Allah Swt. Yang menambah rahmat dan berkahnya dan dengan pertolongannya saya dapat menyusun karya tulis ini yang mengenai Sistem Informasi Manajemen yangsingkat ini.
Walaupun makalah ini terbilang singkat dan juga saya mengakui bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan, terutama mengenai masalah bahasa dan bahasannya. Tetapi saya pun berharap agar semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi umat dan saya pribadi kemudian hendaknya bermanfaat di dunia dan di akharat serta dapat diterima Allah sebagai amal shaleh. Amin Yaa rabbal alamin!
Wassalamu’alikum Wr. Wb

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Bisnis dapat dengan cepat menerima infirmasi tentang apa saja yang berhubungan dengan bisnis. Informasi dapat diperoleh melalui surat kabar, televisi, majalah, jurnal-jurnal, dan seminar-seminar.oleh karena itu, banyak yang mengatakan saat ini adalah era informasi. Informasi menjadi katalis utama bagi pertumbuhan di era globalisasi. Tetapi, tiap menajer belum tentu dapat memanfaatkan semua infirmasi yang ada. Tantangannya adalah untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, melaporkan, dan menggunakan informasi yang paling relevan untuk membuat keputusan yang lebih relatif.
Dengan membanjirnya informasi, dalam keputusan yang lebih relatif manajer harus secara tetap menghadapi kenyataan dan gambaran yang berlimpah-limpah dan menentukan informasi yang dapat bermanfaat. Banyak organisasi mendesain Sistem Informasi Manajemen untuk menyediakan kepada manajer informasi-informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang efektif.

2.      Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian, fungsi, konsep, tingkatan, peranan, dan data dalam Sistem Informasi Manajemen?
B. Bagaimana pendapat para ahli tentang Sistem Informasi Manajemen?

3.      Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya membahas masalah tentang pengertian SIM hingga data dan informasinya serta pendapat-pendapat para ahli tentang SIM tersebut


BAB II
PEMBAHASAN 
A.    Pengertian
Pengertian-pengertian dari kata Sistem Informasi Manajemen yaitu:
Sistem
Sistem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      tak berwujud:Sistem merupakan susunan yang teratur dari gagasan konsep yang saling bergantung.
2.      berwujud: Sistem merupakan serangkaian unsuryang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. 1) [1]
SIM adalah sistem informasi yang berdasarkan pada komputer untuk perencanaan, Pengambilan keputusan, dan pengendalian yang lebih efektif. 2)
Informasi
Merupakan data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempinyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam membuat keputusan baikuntuk sekarang maipin yang akan datang. 3)
Informasi yang berguna dicirikan oleh mitunya, yang dinilai oleh lima karakteristik, yaitu:
1.      Ketepatan (accuracy)
Tingkat informasi yang bebas dari kesalahan
2.      Dapat Dibuktikan (verifiability)
Sejauh mana informasi tersebut dapat ditelusuri ke simber dan ketepatannya ditentukan.
3.      Kelengkapan (completiniss)
Tingkat informasi yang memadai untuk mendukung keputusan, menyatakan masalah tanpa omisi.
4.      Ketepatan Waktu
Konsep tidak hanya mempunyai informasi yang tepat danlengkap, tatapi mempunyai informasi tepat pada waktunya.
5.      informasi yang memadai yang dapat membantu membuat keputusan tanpa menciptakan yang berlebih. 4) [2]
secara kualitas informasi merupakan suatu faktor penting yang berlaku bagi semua unit dan tipe organisasi. Kualitas informasi yang paling utama adalah:
1.      Accuracy (akurasi)
Mengandung pengertian bebas dalam kondisi kesalahan dan kekeliruan sertabebas dari ”bias”. Dalam kondisi ini middli managers harus dapat berperan sebagai ”gate keepers” untuk menjaring berbagai informasi sehingga dapat menghasilkan informasi yang akurat.
2.      Timeliness(Ketepatan Waktu)
Ketepatan waktu merupakan suatu atribut kualitasinformasi yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan.
3.      Relevansi (relevansi)
Memberikan jawaban informasi yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang diminta oleh pemakai informasi seperti jawaban dari pertanyaan yang W5H1. 5)
Kualitas informasi dapat dilihat dari kesalahan informasi yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan:
1.      Kesalahan dalam pengumpulan data pengukurannya.
2.      Kesalahan dalam prosedur pengolaha data
3.      Kesalahan dalam pencatatan data
4.      Kesalahan dalam pengolahan data
5.      Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja
6.      Adanya data yang hilang
7.      Penggunaan dokumen yang salah. 6) [3]
Manajemen
Merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia atau sumber daya lainnya. 7)
Jadi dari ke tiga pengertian di atas, maka Sistem Informasi Manajemenadalah serangkaian subsistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi secara ragional yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi untuk mengambil keputusan-keputusan oleh para menajer sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 8)
Karena banyak organisasi yang gagal membangun Sistem informasi manajemen disebabkan karena:
1. Kurangnya organisasi yang wajar
2. Kurangnya perencanaan yang memadai
3. Kurangnya personil yang handal
4. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.Sistem informasi manajemen yang baik adalah Sistem informasi manajemen yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
Kegiatan utama dari Semua sistem informasi, yaitu menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output). 9) [4]
B.     Fungsi SIM
Secara garis besar fungsi Sistem Informasi Manajemen ada tiga, yaitu:
1.      Pengumpulan Data
Fungsi pertama dari SIM adalah menentukan informasiyang diperlukan untuk membuat keputusan dan pengorganisasian ke dalam database. Data dapat diperoleh dari sumber-simber yang berasal dari dalam maupun luar organisasi.
2.      Menyimpan dan Mengolah Data
Sebuah database harus disimpan dan diproses atau diolah dalam suati bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh manajer. Data SIM haruslah data terbaru, oleh karena itu database perlu diperbarui. Sekali data disimpan dalam SIM, manajer dapat menggunakan data untuk mengambil keputusan. Tetapi sering kali data tersebut harus diproses agar sesuai dengan kebutuhan informasi manajer. Pemproses data meliputi memindahkan data mentah ke dalam bentuk-bentuk informasi. Sistem Manajemen database (SMDB) adalah sebuah program software yang membantu perusahaan untuk mengelola file-file datanya, menyortir, dan menggabungkan file-file, serta men[roses data dan mencetak laporan.
3.      Menyajikan Informasi Kepada Manajer
Data yang telah diproses harus dimasukkan dalam suatu bentuk yang bermanfaat bagi manajer. 10) [5]
C.     Konsep SIM
Sebuah Sistem Informasi Manajemen mengandung elemen-elemen sebagai berikut:
1.      Hardware dan Software
2.      Database (dalam komputer)
3.      Prosedur
4.      Petugas Pengoperasian
Dalam hal pengoperasian, sebuah subsistem perapan lengkap, terdiri dari:
1.      Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
2.      program untuk membuat tetapan menjadi operasional
subsistem tetapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang mendukung. 11)
Konsep SIM yang paling penting adalah Manusia. Terdapat dia golongan manusia, yaitu:
1.      Sesialis Teknik
Yang meliputi analisis sistem, pemprogam, operator komputer, spesialis kominikasi, dan petugas pemasukan data yang bertugas mengadakan dan mengoperasikan sistem komputer.
2.      Pemakai Akhir
Orang yang menggunakan sistem informasi yang dihasilkan.
Prosedur yang paling penting dalam operasi sistem adalah desain untuk memelihara keamanan, yaitu melindungi sistem informasi dan datanya dari pencurian dan kerusakan data. 12) [6]
D.    Tingkat Informasi Manajemen
Tabel 1.1 tingkat informasi manajemen 13)
Tingkat Manajeman
Waktu
Tipe Informasi
Kebutuhan Informasi
Bentuk Laporan
Atas
Jangka Panjang > 3 tahun
Enviromental
Perncanaan Strategi Kebijakan
Ringkas
Menengah
1-3 tahun
Organisasional
Pelaksanaan Kebijakan Perencanaan Taktis
Relatif
Bawah
< 1 tahun
Departemental
Perncanaan Taktis
Terperinci

E.     Peranan SIM dalam Pengambilan Keputusan
Sebuah sistem pengolahan informasi pada dasarnya tidak bileh sekedar melakukan pengolahantransaksi bagi organisasi, tetapi juga harus mampu memberikan dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen dan pengambilan keputusan.
Sistem informasi berdasarkan komputer dapat disebut dengan SIM.sistem tersebut dapat terbagi menjadi bebrapa lapisan. Lapisan terdiri dari informasi yang dapatdigunakan pengolahan transaksi, penjelas status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi yang mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan ke tiga terdiri dari suber dayasistem informasi untuk pengendalian manajemen, sedangkan lapisan terakhir terdiri dari sumber daya informasi yang bisa digunakan untuk mendukung rencana dan perumusan kebijakan oleh tingkat puncak manajemen. 14) [7]
Teknik Pengumpulan Data
Data primer dapat dikumpulkan melalui observasi, survai, dan eksperimen. Dimana, survai dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu survai melalui surat, telepon pribadi, dan kuisioner. Pada umumnya pengumpulan data dapat menggunakan proses komunikasi maupun observasi. Komunikasi melibatkan teknik pengupulan data melalui survai. Berbeda dengan proses tersebut, data dapat diperoleh dengan mengamati prilaku masa kini atau masa lalu. Mengenai masa lalu, teknik-tekniknya meliputi pencarian data sekunder dan pelacakan fisik. 15)
Menambah informasi baru berguna memperbaiki mutu pengambilan keputusan. Informasi tambahan dapat diperoleh dengan jalan melakukan penelitian, mendengar pendapat para ahli dalam bidangnya, mengikuti nasihat konsultan, melalui uji dan sumber informasi lainnya. Kita harus mempertimbangkan suatu keadaan yang ekstrim dimana pengambilan keputusan dapat menperoleh informasi sempurna. Dengan menggunakan informasi sempurna, pengambilan keputusan dapat menjaminpemilihan tindakan yang memberikan hasil terbesar, apapun kejadian yang sebenarnya terjadi. 16)
F.      Data dan Informasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengumpulan data:
1.      Pengamatan langsung
2.      Wawancara
3.      Perkiraan
4.      Daftar pertanyaan 17) [8]
a.  Pengolahan Data
Penanganan informasi dan pengolahan data terdiri dari enam unsur:
1.      Penginderaan / sensing
2.      Pengumpula / kompilasi
3.      Pengolahan / kompatasi
4.      Penyajian
5.      Penghantaran / tranmisi
6.      Penyimpulan informasi 18)
1. Tahap-tahap Pengembangan SIM
Sesuia dengan perkembangan ekonomi dan teknologi yang sangat pesat, pengembangan SIM tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan komputerisasi, baik hardware maupun software. Gibson dan Nolan (1974) membagi tahap pengembangan SIM memjadi empat, yaitu:
Tabel 1.2 Tahap Pengembangan SIM 19) [9]

Tahap I
Inisiasi
Tahap II
Ekspansi
Tahap III
Formalisasi
Tahap IV
Kedewasaan
Perkem-bangan Aplikasi
Aplikasi akuntansi terutama merumuskan biaya pemrosesan
Penjamuran aplikasi di semua fungsi
Penghentian pertumbuhan aplikasi penekanan kepada kontrol
Aplikasi dengan database menghemat sistem
Spesialisasi Personel
Spesialisasi untuk meningkatkan efisiensi komputer
Spesialisasi untuk pengembangan aplikasi
Spesialisasi untuk pengawasan dan peningkatan efektivitas
Spesialisasi untuk teknologi database dan telekomunikasi
Teknik Manajemen
Longgar
Orientasi menjual komputerisasi
Pendekatan kontrol
Perencanaan dan pengendalian sumber daya

Sebelum melakukan pengolahan data ada baiknya perusahaan melakukan study kelayakan yang hasilnya dapat menjurus kepada empat elternatif, yaitu:
1.      Melakukan sendiri kegiatan pengolahan data yang perangkat keras dapat dibeli dan menjadi milik perusahaan atau dengan menyewa atau sewa-beli.
2.      Pengolahan data tidak akan dilakukan sendiri secara internal tetapi menyerahkannya kepada perusahaan pemberi jasa pengolahan data
3.      Pengolahan data dilakukan dengan cara berbagi waktu dengan organisasi atau perusahaan lain.
4.      Menggunakan pendekatan outsourcing yang berarti seluruh kegiatan pengolahan data sistemnya diserahkan kepada pihak ketia
Karana berbagai pertimbangan yang sudah di singgung pada di awal, pada umumnya perusahaan  banyak memilih alternatif pertama. 20) [10]
2. Jasa Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen memberikan manajer lini informasi yang cepat, akurat, dan tepat waktu. Jasa yang dierikan dapat berupa:
1.      Laporan performa rutin (Routine Performance Report)
2.      Laporan pengecualian (Exception Reports)
Tujuan laporan ini adalah untuk memberikan sinyal kepada menajemen terhadap masalah
3.      Laporan-laporan atas permintaan (On-Demand Report)
4.      Predictive Report
Lingkungan teknologi akan merlukan pengumpulan informasi mengenai produk sekarang dan produk potensial dan teknologi proses. Lingkungan peraturan pemerintah, dll. 21) [11]

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan

Analisis persaingan didasarkan pada ide bahwa manajemen yang baik harus mengikuti perkembangan dalam lingkungan usaha dan apa yang dikerjakan pesaing. Lingkungan teknologi akan memerlukan pengumpulan informasi mengenai produk sekarang dan produk potensial dan yeknologi proses. Lingkungan peraturan akan dimotori dengan mengikuti peraturan pemerintah, dll.

Daftar Pustaka

1. Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, Jakarta: Rneka Cipta, 2004
2. Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
3. Marcel GO, Manajemen Group Bisnis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992
4. Supranto, Teknik Pengambilan Keputusan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005
6. Henri Simamora, Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007
7. Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006



Manejemen Pengawasan Dalam Bisnis

Kata Pengantar

            Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Manajemen Pengawasan dalam Bisnis. Sholawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad saw, berserta keluarga dan sahabat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Titik tolak yang digunakan dalam membahas pengawasan sebagai salah satu fungsi organik menejemen ialah definisi yang mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Sasaran pengawasan menurut Henri Fayol adalah untuk menunjukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dengan maksud memperbaiki dan mencegah agar tidak terulang kembali. Berbagai definisi yang dibuat menunjukan bahwa pengawasan merupakan usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi satu mata uang karena pelaksanaan rencanalah yang diawasi oleh sebaliknya pengawasan ditujukan pada usaha mencegah timbulnya berbaagai jenis dan bentuk penyimpangan atau penyelewengan, baik disengaja maupun tidak.
Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan lebih lanjut tentang masalah pengawasan.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Seberapa penting manejemen Pengawasan dalam sebuah bisnis?

         Batasan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini membahas pada ruang lingkup manejemen pengawasan dalam bisnis.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Tujuan             
      Pengawasan dapat didefinisasikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai[1]
      Robert J. Mockler telah menjelaskan unsur-unsur esensial proses pengawasan.
      Pengawasan menejemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.[2]
      Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi organik, pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajer, mulai dari manajer puncak hingga manajer bawah    yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.[3]
      Henry Fayol, salah seorang pelopor yang mendalami proses administrasi dan manejemen, yang tertuang dalam bukunya General and Industrian Administration, mengatakan pengawasan terdiri dari usaha verifikasi yang segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan dan asas-asas kerja yang telah ditentukan. Menurutnya sasaran pengawasan adalah menunjukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dengan maksud memperbaiki dan mencegah agar tidak terulang kembali.[4]
      Pengawasan mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja berjalan dengan tertib, terarah atau tidak dan agar bertujuan kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta untuk menunjukan kelemahan dan kesalahan agar menjadi benar dan mencegah pengulangan kesalahan.[5]

2.2 Prinsip-Prinsip Pengawasan
      Menurut George R. Terry, prinsip pengawasan adalah pengawasan efektif yang membantu suatu usaha untuk mengatur pekerja yang direncanakan, untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan berlangsung sesuai dengan rencana.[6]
      Harold Koontz dan Cyril O’Donel dalam buku Principles of Management, menetapkan prinsip-prinsip pengawasan agar supaya pengawasan itu berjalan efektif sebagai berikut :
1.    Prinsip tercapainya tujuan
2.    Prinsip effesiensi pengawasan
            Prinsip ini adalah prinsip yang dapat menghindarkan penyimpangan-penyimpangan dari pada planning, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.[7]
      3.   Prinsip tanggung jawab pengawasan
            Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila menajer bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan perencanaan.
4.    Prinsip pengawasan terhadap masa yang akan datang
5.    Prinsip pengawasan langsung

6.    Prinsip refleksi perencanaan
Pengawasan harus disusun dengan baik sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan dari pada planning
7.    Prinsip penyesuaian dengan organisasi [8]
8.    Prinsip pendirian pengawasan
Pengawasan harus resmi denga kebutuhan manajer teknik control harus ditunjukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi dari pada setiap manajer.
9.    Prinsip standar
10.  Prinsip pengawasan terhadap point sterategis [9]
11.  Prinsip kekecualian
12.  Prinsip peninjauan kembali
 Sistem pengawasan harus ditinjau secara berkali-kali agar supaya  system yang dipergunakan berguna untuk mencapai tujuan.
13. Prinsip tindakan [10]
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan untuk setiap organisasi faktor-faktor itu adalah :
1.    Perubahan lingkungan organisasi
2.    Peningkatan kompleksitas organisasi
3.    Kesalahan
4.    Kebutuhan manajer untuk mendeglegasikan wewenang [11]
Ciri-ciri pengawasan
Sistem pengawasan harus memiliki kriteria tertentu. Kriteria utama adalah bahwa system pengawasan seharusnya.
  1. Akurat
Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari system pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah.
  1. Tepat waktu
Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.[12]
  1. Fleksibel
Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.[13]

2.3  Jenis-Jenis Pengawasan
Ada 3 jenis dasar pengawasan, yaitu :
  1. Pengawasan pendahuluan
Pengawasan pendahuluan dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan–penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
Pengawasan akan efektif bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam berbisnis atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang diinginkan.[14]
  1. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan
Pengawasan, sering disebut pengawasan yang tidak screening control atau berhenti-henti, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus dipenuhi. Sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.[15]
  1. Pengawasan umpan balik
Pengawasan umpan balik merupakan pengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.[16]

Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi manajemen pengawasan pendahuluan dan concurrent control yang cukup mamadai untuk memungkinkan manajemen membuat tindakan koreksi tetap mencapai tujuan.[17]
Pengawasan didasarkan pada penggolongan siapa yang mengadakan pengawasan, yaitu :
  1. Pengawasan ekstern
Secara harfiah, pengawasan ekstern adalah pengawasan dari luar. Dalam pengawasan ekstern, subyek pengawasan yaitu si pengawas, berada diluar susunan organisasi objek yang diawasi.[18]
Pengawasan ekstern dapat dilakukan secara formal atau informal. Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi resmi dan pengawasan informal adalah penilian yang dilakukan oleh masyarakat atau konsumen, baik langsung maupun tidak langsung misalnya melalui media cetak elektronik.[19]
b    Pengawasan intern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan pada atasan terhadap bawahannya.[20]
Jenis-jenis Pengawasan di lingkungan pemerintah :
  1. Pengawasan melekat
Salah satu yang ditonjolkan dalam pembahasan ini adalah bahwa efektifitas manajerial yang menduduki jabatan seorang pemimpin tanpa mempersoalkan tingkat dalam jajaran kepemimpinan, sangat tergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat disamping kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi organik menajerial.
Pengawasan melekat itu sendiri ialah yang berhubungan dengan hakikatnya, ciri-ciri dan sebagainya.[21]


  1. Pengawasan fungsional
Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang terdadap dalam suatu instansi tertentu, tetapi juga dilakukan oleh aparat pengawasan yang berada di luar instansi.[22]
  1. Pengawasan oleh lembaga konstitusional
Dalam system administrasi Negara Republik Indonesia terdapat dua lembaga konstitusional yang bersifat politis :
  1. Badan pemeriksa keuangan yang bertanggung jawab atas pemeriksaan seluruh keuangan Negara yang dikelola oleh semua aparat yang terdapat dalam lingkungan RI dari segi teori manajemen badan ini melakukan kegiatan pengawasan fungsional yang berada diluar jajaran aparator pemerintah tetapi masih dalam lingkungan administrasi RI.
  2. Dewan perwakilan rakyat salah satu tugasnya adalah melakukan pengawasan yang bersifat politis. Sebagai kegiatan pengawasan ialah untuk lebih menjamin bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah benar-benar merupakan realisasi dari apa yang telah direncanakan untuk dilakukan.[23]
  1. Pengawasan sosial
Salah satu bentuknya ialah dengan turut serta mengamati pelaksanaan kegiatan tugas-tugas umum pemerintah seperti dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan berbagai kegiatan pengaturan dan juga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dalam segala segi kehidupan Negara.[24]
Tahap-tahap dalam proses pengawasan :
Proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit 5 tahap, tahap-tahapnya adalah :
  1. Pendapat standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk menilai hasil-hasil. Bentuk standar lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market share), marjin keuntungan dan keselamatan kerja.[25]
  1. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap ke-2 dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
  1. Pengawasan pelaksanaan kegiatan
Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu :
a.    Pengamatan (observasi)
b.    Laporan-Laporan
c.    Metode-Metode otomatis
d.    Inspeksi, pengujian dam dengan sample.[26]
  1. Pembandingan pelaksanaan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
  1. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukan perlu tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau kedua-duanya dilakukan bersamaan.[27]

2.4 Menetapkan Alat Pengukur (Standar)
Bila kita mau mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil pekerjaan bawahan, kita harus mempunyai alat penilai alat pengukur standar. Alat penilai atau alat pengukur nilai (kuantitas dan kualitas). Alat penilai itu harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum bawahan melaksanakan pekerjaannya (tugas-tugasnya) dan bawahan harus mengetahui benar alat penilai (standar) yang dipergunakan atasannya untuk menilai pekerjaannya.
Dalam garis besar, jenis-jenis standar itu dapat kita golongkan ke dalam tiga golongan besar yaitu :
1.    Standar dalam bentuk fisik ( physical standart )
Adalah semua standar yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dan bersifat nyata tidak dalam bentuk uang.
a.    Kuantitas hasil produksi
b.    Kualitas hasil produksi
c.    Waktu
2.    Standar dalam bentuk uang
Adalah semua standar yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dalam bentuk jumlah uang.
a. Standar biaya
b. Standar penghasilan

2.5 Mengadakan Tindakan Perbaikan (Corrective Action)
Untuk dapat melaksanakan tindakan perbaikan, maka pertama-tama haruslah dianalisa apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan itu. Harus diketahui lebih dahulu yang menyebabkan terjadinya perbedaan.
Mengapa terjadi penyimpangan pada jumlah penjualan diatas. Penyimpangan itu mungkin terjadi karena satu atau beberapa sebab sebagai berikut :
  1. Kekurangan faktor produksi, sehingga pengiriman barang-barang yang dipesan pelanggan terlambat.
  2. Tidak cakap pimpinan penjualan untuk mengorganisir human resources dan natural resources lainnya dalam lingkukangannya.
  3. Sikap-sikap pegawai dibagian penjualan menjadi apatis.[28]

Pengawasan pada tingkat karyawan produksi pada Perusahaan
Agar produksi memuaskan dan encapai terget seta tujuan perl adanya pengawasan dalam karyawan tingkat produksi yang sangat bersentuha langsung denga jalan nya suatu perusahaan, kare pada tingkat ini sebuah perusahaan dapat dikatakan baik dan memenuhi standar dengan menggunakan pengawasan yang efisien:
  1. Pengawasan pada tingkat mutu
Yang dapat di lakukan oleh karyawan tingkat produksi yaitu yang di dalamnya mencakup pemilihan bahan yang berkualitas, komposisi yang digunakan, kebersihan.
  1. Pengawasan pada tingkat karyawan dalam disiplin kerja.
Karyawan diharuskan menggunakan perlengkapan kerja yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Karyawan di harapkan disiplin dalam waktu bekerja agar memenuhi target sebaik mungkin
  1. Standar penggunaan bahan kimia
Komposisi terhadap barang kimia yang digunakan disesuaikan dengan bahan olahan yang akan di buat, sesuai dengan aturan yang diberlakukan dalam penggunaan bahan kimia
  1. Pencantuman kadarluarsa
Bagi bahan olahan yang sudah jadi dicantumkan tanggal, bulan, serta tahun kadarluarsanya.
  1. pengawasan ulang
Dilakukan untuk dapat melihat kembali produksi yang telah dilakukan agar sewaktu terjadi kekurangan/ ketidaklayakan pada produk yang sudah jadi segera mendapat tindakan yaitu mengganti dengan produk yang baru.


BAB III
PENUTUP

        Kesimpulan
Dari makalah kami tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah suatu kegiatan menilai yang di lakukan manajer kepada bawahannya terhadap suatu proyek yang telah di rencankan dan di setujui sejak awal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pengawasan dilakukan apabila telah terjadi penyimpangan terhadap rencana kerja yag telah di buat yang bertujuan untuk melakukan penilaian, pengkoreksian/ perbaikan, serta meluruskan rencana yang sudah menyimpang dari rencana kera yang telah di buat.
Pengawasan efektif mempunyai kriteria-kriteria khusus yang meliputi keakuratan informasi tentang pegawasan terhadap pelaksanaan kegiatan, lalu pengawasan yang efektif harus mendapatkan informasi yang tepat waktu jika perbaikan di lakukan dengan segera, serta kriteria yang terakhir yaitu fleksibel yang memberikan tanggapan terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.




[1] Hani Handoko, manejemen, Yogyakarta: BPFE, 1998, hlm 359
[2] Ibid, hlm 360-361
[3] Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi manajerial, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm 125
[4] Ibid, hlm 130
[5] Sukarno, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Mandar Maju, 1992, hlm 110
[6] Winardi, Asas-Asas Manajemen, Bandung: PT Alumni, 2006, hlm 396
[7] Op Cit, hlm 112
[8] Ibid, hlm 113
[9] Ibid, hlm 114
[10] Ibid, hlm 115
[11] Hani Handoko, Log Cit, hlm 366
[12] Ibid, hlm 373
[13] Ibid, hlm 374
[14] Ibid, hlm 361
[15] Ibid, hlm 362
[16] Ibid, hlm 362
[17] Ibid, hlm 363
[18] Rahmad, Manajemen Suatu Pengantar, Bandung: CV. Remadja Karya, 1986, hlm 61
[19] Melayu Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hlm 248
[20] Op Cit, hlm 62
[21] Sondong P Siagian, Log Cit, hlm 17
[22] Ibid, hlm 148
[23] Ibid, hlm 150
[24] Ibid, hlm 151
[25] Hani Handoko, Log Cit, hlm 363
[26] Ibid, hlm 364-365
[27] Ibid, hlm 365
[28] http://www.scribd.com/doc/24012036/VIII-Pengawasan-Dan-Pengambilan-Keputusan